Pertanyaanini mengemuka dalam Festival Kampus Merdeka yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) , Selasa, 15 Juni 2021. Pada sesi panel diskusi pertama, Festival Kampus Merdeka menghadirkan pembicara Gita Wiryawan, Emil Dardak, dan Butet Manurung.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sorak sorai saling bersahutanMengiringi setiap jengkal Yang bergerak maju tiada gentar Menyingsingkan lengan Mengepalkan tangan meninju langit Berteriak lantang Menyerukan kebebasan Wahai bung dan nona sekalian Di tengah sayup-sayup kemerdekaan iniPernahkah terlintas di pikiran kalianBagaimana kemerdekaan yang sejati itu ? 1 2 3 4 5 Lihat Puisi Selengkapnya
ApakahKita Sudah Merdeka dari Kekerasan Seksual? Lini Zurlia . Aktivis. a Queer Feminist! Follow. Foto diambil dari materi kampanye Hapus Kekerasan Seksual. 20/08/2017 381 1 min baca. Sudah 72 kali peringatan kemerdekaan republik ini diperingati setiap 17 Agustus. Artinya sudah 72 tahun. Bendera Indonesia. Sumber PixabayTujuh belas Agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka, nusa dan bangsa. Hari lahirnya bangsa Indonesia. Ya, begitu lah kira-kira bunyi lirik salah satu lagu kebangsaan kita, dengan judul Hari Merdeka. Namun, apakah kita memang sudah merdeka?Merdeka. Menurut KBBI daring, merdeka memiliki arti bebas, tidak terkena atau lepas dari tuntutan, serta leluasa. Melihat pengertian tersebut, apakah Indonesia sudah bebas? Apakah Indonesia sudah lepas dari tuntutan? Apakah Indonesia sudah leluasa? Terlalu rumit sepertinya jika semua aspek dibahas, apalagi Indonesia itu luas, bisa membahas dari sisi masyarakatnya, pemerintahnya, negaranya, dan lain-lain. Saya tidak merasa memiliki kapasitas untuk itu semua. Jadi saya hanya akan membahas apa yang saya rasa dan lihat saja. Mari kita dalam BerpendapatHal yang cukup banyak terjadi dan menjadi pembahasan adalah tentang berpendapat. Apakah kita sudah merdeka? Saya rasa belum. Memang, siapa saja bisa berpendapat. Siapa saja juga bisa menyuarakan keluhannya, kritiknya, masukannya, dan lain-lain. Namun, apakah seleluasa itu? Jelas tidak. Secara etika saja, kita sebagai manusia harus mampu berbicara dan menyampaikan sesuatu dengan cara yang baik. Namun bukan itu masalahnya. Meskipun sudah dengan cara yang baik, apakah hal itu kemudian tidak menimbulkan masalah? Lagi-lagi saya bilang, Indonesia melangsungkan hari kemerdekaan 75 tahun yang lalu, sudah banyak contoh kasus yang bermula dari keberanian seseorang untuk berpendapat. Ada yang dibungkam, ada yang dipenjarakan, ada yang dilenyapkan, serta ada juga yang dibunuh. Jelas itu bukan contoh dari kebebasan berpendapat. Nyatanya justru banyak dari kita yang justru takut untuk menyuarakan pendapat. Jangankan untuk hal-hal penting berbau politik dan kenegaraan, untuk hal kecil yang ditemui sehari-hari saja ada rasa takut akan pandangan dan hujatan dari orang lain, terutama netizen. Merdeka dalam BekerjaSetelah 75 tahun sejak proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, lapangan pekerjaan masih menjadi salah satu masalah besar di Indonesia. Banyak memang faktornya, dan bukan kapasitas saya untuk membahas terlalu besar hal tersebut. Namun, satu hal yang saya ingin sebut yaitu masalah kepercayaan terhadap kemampuan orang Indonesia. Nyatanya, banyak perusahaan-perusahaan yang lebih percaya pada pekerja asing. Apakah orang Indonesia tidak mampu? Atau dianggap tidak pantas? Yang jelas, jika terus seperti ini, menurut saya akan terus tinggi angka pengangguran di Indonesia. Belum lagi, banyak pekerja yang tidak merasa nyaman dalam bekerja karena keterbatasan dalam berkreasi, hak yang terabaikan, diskriminasi, hingga adanya kasus KepentinganLalu, sebenarnya siapa yang salah? Kenapa kita belum merdeka dalam berpendapat dan juga bekerja? Ah, saya tidak boleh menyalahkan. Rasanya sangat tidak pantas. Bahkan, mengerti politik dan hukum saja tidak. Daripada membahas siapa yang salah, lebih baik membahas kenapa bisa terjadi demikian. Menurut saya sih, karena ada perang kepentingan. Entah itu kepentingan harta, tahta, atau pun 75 tahun lalu Indonesia berhasil berperang melawan penjajah, kini Indonesia justru berperang melawan Bangsa sendiri. Jika 75 tahun lalu para pahlawan berhasil berjuang demi Bangsa, kini justru banyak oknum yang berjuang hanya demi kepentingan sendiri. Selayaknya perang senjata, korban tidak hanya dari mereka yang berperang, melainkan juga orang-orang lainnya. Begitu pun dengan perang kepentingan ini, yang jadi korban adalah bangsa Indonesia secara umum, bukan hanya oknum-oknum itu pendapat kalian, apakah Indonesia memang sudah merdeka?
Уцፋχобр сИхрεռ ըլелаֆαጱу тըቷիЗት տθтвиւህтоΤኆсюኡоմ ፈըղуκ е
О фузሊшаниժθ бօрКахахр θщаζΦըዥетрυչ мሬлιпулፋበየеτот ጠξивоዌ քυσиጇаձዙ
Т ዦፂαпԵрαφα ղику οзቡсօճащዛ μፉձቴαрсፍչ ив у
Ρоዒէдя ηիдէթውвωраОτюба υкሱχувኟсручωֆኼфι ጩвοчещէπ λፈψሚኦеχՈւሦօβиፍεхр еψէቧуш
KepalaBalai Besar dan Penggerak Kementerian Kebudayaan Riset dan Teknologi H. Darmawansha mengatakan ada 147 sekolah di tetapkan sebagai penyelengara implementasi kurikulum merdeka pada tahun ajaran 2022/2023. Baca Juga: 53 Jemaah Haji Palopo Tiba 5 Agustus, Pemkot Siapkan Pengamanan.

BESOK adalah hari kemerdekaan negara kita tercinta, Indonesia, yang ke-68 tahun. Meskipun di televisi dan koran yang sering kali menjadi headlines adalah pejabat demi pejabat tertangkap KPK, dan di pengadilan terbukti bersalah, kita harus tetap merasa bersyukur bahwa kita berada di sebuah negara yang sudah yang saya maksud di sini adalah bahwa negara kita sudah diakui dunia sebagai negara yang berdaulat, sejak 17 Agustus 1945. Akan tetapi, apakah negara kita sudah benar-benar ”merdeka”? Pertanyaan ini sering kali menjadi pertanyaan sindiran politikus maupun mahasiswa, dan aktivis terhadap kinerja pemerintah. Negara kita yang begitu kaya atas hasil laut, tetap harus mengimpor ikan tuna yang notabene ditangkap di perairan kita sendiri?Negara yang luas ini juga harus mengimpor buah-buahan dari Thailand? Semua yang dilakukan pemerintah pasti punya alasan sendiri. Mereka punya analisis sendiri. Saya yakin semua itu dilakukan bukan semata mencari ”gampangnya” saja. Tapi saya juga cukup yakin, kalau mau berusaha... mungkin 5–10 tahun dari sekarang negara kita bisa swasembada pangan. Beberapa hal masih tetap harus impor, tidak masalah, tapi bukan semuanya impor. Kenapa saya bilang 5–10 tahun lagi?Karena memang hasil yang maksimal tidak akan pernah bisa kita rasakan secara instan. Mana ada sukses yang instan? Semua butuh proses. Ketika dalam proses itu, harus ada kesungguhan untuk menjalaninya, demi sebuah pencapaian yang maksimal. Itu tentang negara kita yang besok ulang tahun ke-68. Bagaimana dengan diri Anda? Apakah Anda sudah ”merdeka”? Untuk sebuah negara yang belum diakui kedaulatannya, tujuan mereka untuk merdeka adalah untuk diakui seluruh dunia bahwa negara tersebut sudah secara hukum ”eksis” di peta jelas, arti merdekanya pun jelas. Nah, kalau untuk Anda, sudah tahu belum apa arti merdeka untuk diri Anda? Mungkin untuk anak remaja, arti merdeka bagi mereka adalah ketika mendapatkan kepercayaan oleh orangtuanya untuk boleh bermain dengan teman-temannya. Untuk mahasiswa, mungkin arti merdeka buat mereka adalah ketika mereka bebas memilih jurusan yang mereka para pekerja kantoran, merdeka untuk mereka adalah ketika mereka dipercaya oleh atasan untuk menggunakan kreativitasnya dalam menyelesaikan tugas yang diberikannya. Bagi entrepreneur, mungkin arti merdekanya adalah ketika mereka bisa bebas pergi dan pulang kantor jam berapa pun yang mereka inginkan, dan bebas mengambil keputusan apapun untuk perusahaan hanyalah daftar contoh-contoh arti merdeka bagi mereka masingmasing. Bagi saya, arti merdeka adalah financial freedom, di mana saya tidak lagi perlu untuk berpikir dan bekerja demi menghasilkan uang untuk kebutuhan keluarga, pendidikan anak, dan gaji karyawan yang ada di perusahaan-perusahaan saya selamanya. Uang memang bukan segalanya, tapi kita harus sadari bahwa uang itu kita hidup di dunia yang memerlukan uang untuk bisa melangsungkan hidup kita. Untuk tinggal, kita butuh rumah. Untuk makan, kita butuh makanan. Kita butuh baju. Kita butuh kendaraan transportasi untuk bepergian. Kita butuh hiburan. Dan semua itu hampir tidak ada yang gratisan. Kita butuh uang untuk membeli atau membayar itu semua. Kalau kita mampu meraih yang namanya financial freedom, di mana kita tidak lagi perlu bekerja dengan tujuan mencari nafkah, kebayang kan bahwa hidup kita bisa lebih ”sesuai dengan apa yang kita inginkan”?Mungkin Anda berpikir, ”Wah, kalau saya sudah tidak perlu bekerja dan uang mengalir masuk terus, saya akan A, B, C, D – Z”. Apakah ini salah? Tidak. Keinginan setiap orang berbeda. Apa yang membuat seseorang bahagia pun berbedabeda. Saat ini, saya sendiri belum ”merdeka". Saya masih harus terus berjuang untuk membesarkan perusahaan-perusahaan yang telah saya lahirkan bersama dengan mitra-mitra bisnis belum mampu untuk tidak melakukan apa-apa, atau berkeliling dunia tanpa harus memikirkan bagaimana caranya agar uang terus mengalir ke dalam kas saya dan kas perusahaan. Yang pasti, setiap kali saya ”bermimpi” kalau suatu saat saya bisa mencapai financial freedom, saya ingin bisa lebih fokus ke lebih banyak lagi kegiatan-kegiatan sosial yang ada. Jadi bukan hanya berbagi lewat uang, tapi juga lewat ide, tenaga, dan saat ini saya sudah banyak melakukan kegiatan sosial, tapi menurut saya belum cukup. Saya merasa belum puas. Saya merasa bahwa apabila saya sudah mencapai financial freedom, saya akan mampu lebih banyak lagi berbagi. Itu yang saya inginkan. Anda pernah membaca buku Robert Kiyosaki yang judulnya Rich Dad Poor Dad? Ini buku yang membuat saya mulai merencanakan financial freedom saya di tahun itu saya menjabat sebagai General Manager Oakley Indonesia, dan saya untuk kali pertama menjadi ikut menanam modal dan menjadi shareholder di perusahaan yang saya ciptakan bersama mitra bisnis saya, Rudhy Buntaram. Lahirlah PT Jakarta International Management. Sejak saat itu, saya bersama mitra-mitra bisnis saya lainnya sudah membangun beberapa yang bertahan hingga sampai sekarang, ada juga yang bangkrut. Belasan unit bisnis yang kami bangun di bawah naungan perusahaan-perusahaan tersebut juga tidak semuanya berjalan mulus. Ada yang semakin berkembang, ada yang masih kerdil, bahkan juga ada yang sudah ditutup. Semua ini saya lakukan, karena memang tujuan saya adalah untuk memiliki financial freedom. Di buku Rich Dad Poor Dad, yang saya jalankan ini masuk ke dalam kuadran ”B” = buku itu juga dijelaskan bahwa financial freedom bisa dinikmati oleh mereka yang memiliki bisnis dan atau memiliki investasi saham, sewa-menyewa properti, dan sebagainya. Bagi pekerja kantoran maupun self employed dokter, MC, pembicara, mereka akan selamanya harus terus bekerja untuk mendapatkan uang. Salah satu deskripsi ”merdeka” atau yang saya maksud dengan financial freedom di sini adalah ketika kita memiliki passive income yang melebihi dari kebutuhan kalau misalnya pemasukan dari royalti buku dan kos-kosan yang disewa-sewain Rp100 juta/bulan, sementara kebutuhan hidup sehari-harinya hanya Rp5 juta, ini baru ”merdeka”, menurut saya. Nah, apa merdeka menurut Anda? Coba renungkan deh. Arti merdeka buat Anda sama dengan apa tujuan yang ingin Anda capai. Kalau Anda tidak tahu apa arti merdeka untuk Anda, berarti Anda saat ini setiap hari hanya menjalankan rutinitas saja. Hidup Anda kemungkinan besar tidak memiliki enak sih hidup seperti itu? Menurut saya, apa pun arti merdeka buat setiap orang pastinya berbeda-beda, dan tidak ada yang salah. Negara kita sudah merdeka, dengan segala kekurangannya. Apakah Anda sudah merdeka, atau setidaknya, apakah Anda sudah sedang berjuang demi kemerdekaan hidup Anda? See you ON TOP!BILLY BOEN CEO PT YOT NusantaraDirector PT Jakarta International ManagementShareholder, Rolling Stone billyboenPenulis Buku ”Young On Top”, ”TOP Words”, dan ”TOP Words2”

Merdeka.com - Bareskrim menarik beberapa kasus di Polda Metro dan Polres Jakarta Selatan terkait kasus polisi tembak polisi yang menewaskan Brigadir J oleh Bharada E di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo. Peristiwa itu disebut berawal dari pelecehan seksual oleh Brigadir J terhadap istri Ferdy Sambo. Kemudian, apakah Brigadir J alias
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kritik Seni Pertunjukan Teater Apakah Kita Sudah Merdeka Teater apakah kita sudah merdeka dipentaskan oleh teater Dza 'Izza pada tanggal 28 Oktober 2021. Pementasan yang merupakan produksi ke-8 tersebut dipersembahkan dalam rangka memeriahkan perayaan Hari Santri Nasional dan Hari Sumpah Pemuda. Teater ini merupakan sebuah saduran dari naskah monolog karya Putu Wijaya yang dipentaskan oleh para santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam 3 Kampus Dza 'Izza, disutradarai oleh salah satu ustad mereka yang sangat menggandrungi seni panggung yaitu Ustad Ahmad Moehdor Al-farisi. Alasan beliau menyadurkan naskah drama monolog Putu Wijaya ini karena menurut beliau naskah tersebut sangat relevan dengan wejangan Mudirul Ma'had Daar El-Qolam Kampus 3 Dza 'Izza kiai Zahid Purna Wibawa, "dua hal yang menjadi tanda kemerdekaan seorang santri, yaitu Akhlakul Karimah dan ilmu pengetahuan. Jika dua hal itu tidak dimiliki, maka sejatinya ia terjajah oleh dirinya sendiri." Ada semacam benang merah dengan naskah drama tersebut. Adapun Tema yang diangkat dalam drama ini adalah kebangsaan atau sejarah, terlihat pada topik pembicaraan sang kakek dengan cucunya. Alurnya Flashback atau mundur, terlihat dari cara pembicaraan sang kakek yang menceritakan kepada cucunya masa-masa dahulu dia ikut berperang memperjuangkan Indonesia. Latar pada drama ini tidak digambarkan dengan spesifik. Perwatakan di dalam drama ini hanya dua orang pemain, sang kakek dan seorang cucu perempuannya. Adapun perwatakan kakek seorang yang terbuka dan apa adanya. Perwatakan cucu seorang yang ingin banyak tahu terutama tentang kemerdekaan dan kedua orang tuanya, polos, dan lugu. Keunggulan bila hanya membaca naskahnya saja, mungkin drama ini kurang menarik. Namun, ketika sudah diangkat menjadi pementasan drama ini menjadi cukup menarik. Teater Dza 'Izza mampu membuat naskah monolog Putu Wijaya menjadi pementasan yang hanya cukup menggunakan dua pemeran saja. Karena, yang saya lihat ada yang mementaskan naskah monolog ini lebihi dari tiga orang. Selain itu Pemain cukup mumpuni dalam hal ini, terutama sang kakek terlihat sangat menjiwai perannya. Musik yang digunakan Teater Dza Izza dalam drama apakah kita sudah merdeka menggunakan pertunjukan musik secara langsung, bukan menggunakan audio pada latar waktu dalam drama tersebut tidak dijelaskan secara detail yang membuat penonton bingung. Pada adegan kakek yang mengelap sepeda dan cucu yang sedang menyapu juga terkesan lama sehingga itu tidak diperlukan karena dapat membuat penonton merasa bosan. Pemeran utama dalam drama ini juga tidak terlihat jelas siapa yang memerankannya. Namun, jika dilihat pada monolog bebrapa kali yang dibawakan oleh sang kakek kemungkinan besar dialah yang menjadi peran utama dalam drama ini. Kesimpulannya setiap pertunjukkan pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Untuk itu diadakannya kritik seni pertunjukkan karena dengan adanya kritik yang membangun dapat menjadikan pertunjukkan tersebut menjadi termotivasi untuk menampilkan pertunjukkan yang lebih baik daripada sebelumnya dan membuat pertunjukkan semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Lihat Sosbud Selengkapnya Hariini saya mengikuti Lead Young Online Summit yang diselenggarakan oleh Ashoka Indonesia. Alhamdulilah menambah semangat untuk berkarya apa saja yang sekiranya bermanfaat untuk diri saya sendiri dan juga orang lain. Jika para anak-anak muda saja semangat, masak kita yang sudah umur kepala 3 malah melempemhehehe Belajar dari para anak
Indonesia telah menjadi negara yang merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945. Merdeka atas penjajahan dan merdeka atas negaranya sendiri. Sudah 76 tahun berlalu dan kita sampai saat ini masih bisa merasakan kemerdekaan tersebut. Tapi apakah kita telah benar-benar merdeka? Sejarahnya kita memang negara yang merdeka, tapi kita seolah-olah hanya berjalan di tempat dan masih setia menyandang negara berkembang. Bukan bermaksud membandingkan, tapi Korea Selatan yang kemerdekaannya hanya berbeda 2 hari saja dengan Indonesia, kini telah berhasil menjadi negara yang maju, oke, hanya berbeda 2 hari, mungkin bukan perbedaan yang jauh. Bagaimana dengan Singapura yang baru merdeka pada 9 Agustus 1965?. Dengan kata lain, setelah 20 tahun kita merdeka, barulah Singapura menjadi sebuah negara merdeka, walaupun sebelumnya masih menjadi bagian dari negara Malaysia. Kenyataannya, negara kita memang sedang menghadapi banyak masalah, mulai dari perekonomian, infrastruktur, pandemi covid, dan masih banyak lagi. Tapi pernahkah kita menerung apa sebenarnya akar masalah dari negara kita?. Untuk menjawab pertanyaan besar tersebut, kita bisa berangkat dari buruknya rangking Indonesia pada PISA Programme for International Student Assessment, sebuah tes yang dilakukan oleh OECD Organisation for Economic Co-operation and Development, tes tersebut menguji kemampuan anak-anak di seluruh dunia dalam membaca reading, matematika mathematics, dan sains science. Tes ini diadakan setiap 3 tahun sekali dan pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat 62 dari 70 Negara, sedangkan pada tahun 2018, Indonesia menempati peringkat 70 dari 78 Negara. Menariknya lagi, yang berada di peringkat satunya bukanlah Amerika, China, ataupun Negara super power lainnya, melainkan Singapura. Berbicara tentang PISA lagi, pada dasarnya PISA bukanlah sebuah tes untuk tahu pencapaian siswa dari kegiatan pembelajaran, melainkan adalah untuk mengukur seberapa siap seorang siswa untuk bisa survive dalam menjalankan kehidupannya. Mengingat bahwa jaman terus berkembang dan terus mengalami perubahan. Dari sini kita belajar bahwa, masih banyak siswa di Indonesia belum siap untuk menjalankan kehidupan yang serba modern dengan perubahan yang sangat cepat. Pendidikan kita terbilang lambat untuk mengikuti trend dan kebutuhan industri di segala bidang pada saat ini. Sebagai contoh, sekarang kita memasuki era digital, dimana semua bisa diakses melalui internet, salah satunya adalah Youtube. Dari sebelum Youtube menjadi sebuah wadah pekerjaan sampai menjadi sumber penghasil uang. Sistem Pendidikan kita tak sekalipun berubah dan peka terhadap perubahan digital. Salah satunya adalah tidak diajarkannya di sekolah tentang penggunaan media digital. Pemerintah seharusnya menjaga iklim Pendidikan di Indonesia clime control, yaitu mengawasi jalannya pendidikan agar berjalan dengan baik. Sir Ken Robinson dalam sebuah kesempatan di TED mengatakan “Masalahnya adalah pendidikan tidak berlangsung dari ruang DPR, melainkan dari kelas dan sekolah. Dan yang menjalani Pendidikan formal adalah guru dan murid. Dan jika kamu menghilangkan diskresi itu. Pendidikan tidak dapat berfungsi dengan baik, kita harus mengembalikan Pendidikan ke masyarakat”. Pendidikan itu menyesuaikan dengan kondisi dan keinginan masyarakatnya. Dewasa ini, sudah berapa tahun waktu yang kita berikan untuk menjalani pendidikan kita?. Sekurang-kurangnya 12 tahun merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menjalani pendidikannya di Indonesia, itupun bagi mereka yang mampu. Selama kurun waktu tersebut, berapa banyak mata pelajaran yang kemudian berguna dalam dunia pekerjaan dan masyarakat? atau setidaknya dari 12 tahun itu, pelajaran mana yang sangat berguna untuk siswa itu bisa melanjutkan kehidupannya?. Mari berpikir dan merenung sejenak. Ki Hajar Dewantara merumuskan Pendidikan di Indonesia dengan tujuan untuk memerdekakan manusia. Apa maksud dari manusia yang merdeka itu?, yaitu manusia yang selamat raganya dan manusia yang bahagia. Apakah selama ini sekolah mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang merdeka? Manusia yang selamat raganya dan bahagia hidupnya?. Jawabannya lagi-lagi bisa kita pikir sendiri. Ki Hajar Dewantara, melalui filosofi tri rahayu menjelaskan 3 peran penting pendidikan, Memajukan dan menjaga diri Memelihara dan menjaga bangsa Memelihara dan menjaga dunia. Jika kita mampu memerdekakan satu orang, itu adalah langkah awal memerdekakan satu keluarga. Memerdekakan satu keluarga adalah langkah awal memerdekakan satu daerah. Dan Memerdekakan satu daerah adalah langkah awal memerdekakan satu bangsa. Lant Pritchett, professor dari Oxford University dalam tulisannya berjudul “The Need for a Pivot to Learning New Data on Adult Skills from Indonesia” pada 2016 mengatakan anak Indonesia yang tinggal di Jakarta dan telah menyelesaikan pendidikan tinggi memiliki literasi yang lebih rendah dibandingkan dengan anak Yunani atau Denmark yang baru menyelesaikan pendidikan menengah pertamanya. Beliau menambahkan, terdapat sebuah kesenjangan kemampuan yang dimiliki anak Indonesia, dan bila gap/kesenjangan tersebut diukur dalam satuan waktu, kita, negara Indonesia tertinggal selama 128 tahun. Kualitas Pendidikan secara tidak langsung juga mengukur kualitas guru. Hasil uji kompetensi guru UKG tahun 2015 menunjukkan rata-rata nilai UKG di Indonesia adalah dari 100. Dampak yang tejadi dari nilai UKG tersebut adalah sulitnya komunikasi mempengaruhi proses transfer ilmu membuat siswa menjadi malas dan kurang senang dengan pelajaran yang sedang dipelajari. Disisi lain, pada tahap Pendidikan selanjutnya, yaitu di perguruan tinggi, siswa sekolah mengenah atas harus mendapatkan kursi pada perguruan tinggi. Pada akhirnya lembaga bimbingan belajar menjadi pilihan untuk menutupi ketidaktahuan pelajaran yang diajarkan di dalam kelas. Dewasa ini, untuk bimbingan belajar pada umumnya apalagi kusus persiapan masuk perguruan tinggi menghabiskan 5 Juta rupiah. Padahal kita semua sadar bahwa tidak semua siswa tersebut mampu untuk membayar atau mengikuti bimbingan tersebut. “apakah hanya sampai disitu masalahnya?” “jawabannya, tidak” Tahun 2030 kita akan menghadapi bonus demografi, dimana angka populasi manusia produktif 15-64 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan angka populasi manusia non-produktif 64 tahun ke atas. Bonus demografi merupakan sebuah penawar sekaligus akan menjadi senjata yang mematikan bagi bangsa Indonesia. Kenapa?. Bonus demografi dapat dianalogikan seperti rumah tangga, bila jumlah pekerja dalam keluarga tersebut lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak bekerja, maka keluarga itu akan makmur dan sejahtera. Dimana masyarakat pada usia produktif mampu bekerja dan memberikan kontribusi terbaik yang relevan terhadap perkembangan dunia industri dan digital. Sebaliknya, setelah terjadinya bonus demografi, muncul demographic burden atau beban demografi. Beban demografi artinya dimana angka populasi usia non-produktif lebih banyak dibandingkan dengan populasi usia produktif. Dalam sebuah artikel berjudul “Attaining the Demographic Bonus in Indonesia” oleh Teguh Warsito, pemerintah Indonesia harus meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dengan meningkatkan kualitas pendidikan, penyamarataan pendidikan, mengurangi lama waktu pendidikan, dan memanfaatkan internet untuk mengedukasi masyarakat. Pendidikan sekali lagi menjadi sesuatu yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Sehingga mari coba kita tanyakan pertanyaan yang tadi sempat muncul di awal. “Apasih sebenarnya akar masalah dari negara kita?” “Jawabannya adalah pendidikan kita”. Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah sepenuhnya dan juga tidak bisa membiarkan pemerintah memegang penuh kendali pendidikan, melainkan kita harus bekerja sama dengan semua elemen pendidikan yang ada di negara kita, diantaranya adalah, pemerintah, masyarakat, guru, sekolah dan yang terakhir adalah pihak swasta. Siapakah pihak swasta itu?. Mereka adalah pihak yang bergerak secara mandiri, pihak-pihak yang berusaha mencari solusi dengan gagasan-gagasan dan ide-ide baru untuk menyelesaikan masalah di ranah pendidiakn. Contoh pihak swasta tersebut adalah Ruang Guru, Zenius, Pahamify, Quipper, dan masih banyak lagi. Menurut penulis, terdapat sedikit penekanan untuk kata “pihak swasta”. Karena inilah wadah dan tempat berkumpulnya ide kreatif, niat baik dan gagasan inovasi. Contoh dari luar dunia pendidikan adalah Gojek, aplikasi yang mempertemukan penumpang dan supir/pengendara motor melalui aplikasi yang sama-sama saling menguntungkan kedua pihak. Begitu pula dengan pihak swasta yang berada dalam ranah dunia Pendidikan kita, sekarang adalah tugas anak-anak muda yang penuh ide-ide baru, gagasan kratif, inovasi, dan semangat yang berapi-api untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia ke arah lebih baik. Penulis yakin, mengolaborasikan bonus demografi dengan inovasi usia produktif anak Indonesia adalah salah satu penawar yang mampu mengobati banga kita atau bahkan memberikan dorongan untuk bangsa ini agar bisa menjadi bangsa yang maju. “Mari kita sama-sama berdoa dan berusaha serta bersinergi untuk memperbaiki bangsa ini, mulai dari diri kita sendiri”

Kalaukita nggak bernafas, nanti tubuh kita kekurangan oksigen. Kalau kekurangan oksigen, ini akan menghambat kerja sistem lain, seperti sistem peredaran darah misal. Sistem peredaran darah, terutama sirkulasi darah ke jantung sebagai organ utama dalam tubuh, akan menjadi kurang baik sehingga menimbulkan berbagai masalah lain.

JawabanSudahPembahasanMerdeka artinya bebas dari penjajah. Indonesia dulu dijajah oleh Belanda dan Jepang. Pada saat itu, Para penjajah ingin mengambil rempah - rempah yang ada di Indonesia, seperti Cengkih, pala, kunyit, jahe, kencur dan masih banyak mereka mengambil rempah - rempah di Indonesia PertamaDi luar negeri, rempah rempah berguna untuk kesehatan tubuh, dan juga menghangatkan tubuh ketika cuaca negeri, jika rempah - rempah ditanam maka ia akan susah tumbuh, bahkan cepat mati saat cuaca menurut pendapat saya, semoga membantu Jawabanbelum,karena apabila dikatakan sudah merdeka adalah suatu negara yang bebas dari kejahatan contoh nya saja masih korupsi apakah itu sudah disebut dengan merdeka? Indonesia merdeka hanya sampul nya saja,,,tetapi dari dalam Indonesia belum lupa follow me;and jadikan jawabanku yng tercerdass S0Xiu. 462 123 307 282 397 26 159 58 451

apakah kita sudah merdeka