15Potret Jalan di Indonesia Tempo dulu dan Sekarang adalah kumpulan Jalan-jalan di beberapa kota di Indonesia Sekitar Satu Abad yg Lalu dan Sekarang.15 POTR
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hari Raya AidilFitri atau yang biasa kami sebut Lebaran telah lewat. Namun gema-gema takbir yang berkumandang masih terngiang dengan jelas dalam gendang telinga. Rasa-rasanya momen lebaran akan teringat selalu dan menjadi kenangan yang indah. Tak terkecuali tradisi Lebaran. Setiap orang punya tradisi Lebaran masing-masing, menurut adat-istiadat setempat, atau kebiasaan masyarakat. Salah satunya adalah tradisi hantar-menghantarkan rantang jelang Lebaran, atau biasa disebut dengan tradisi rantang didaerah asal ingat kah kawan sekalian dengan rantang? Ya rantang, yang biasanya terdiri dari empat mangkuk-an, disusun rapi ketas. Warnanya kebanyakan berwarna silver polos, ada juga dengan ornamen bunga-bungaan yang dibuat timbul keluar maupun tidak, dan ada juga yang bercorak seperti baju tentara atau loreng-loreng. Kuno ya terlihatnya, dan terkesan tidak elite, tidak punya prestice sama sekali. Saya tidak tahu, apakah kawan sekalian punya perabot ini, atau tidak dirumah, sebagai barang koleksi, atau pajangan yang sewaktu-waktu bisa dipergunakan untuk keperluan tertentu. Yang pasti dijaman itu, tahun 1990-an orang-orang didesa saya gemar membeli perabot rumahtangga yang satu ini. Setiap rumah pasti memlikinya. Hal ini tak lain, tak bukan, karena kegunaan rantang yang sangat membantu dan bermanfaat. Tidak hanya sebagai wadah untuk menghantarkan makanan siang keladang dan sawah, tapi juga untuk kegunaan lainnya, yaitu sebagai wadah untuk menghantarkan hantaran jelang seorang kenalan di Singapura memesan makanan dan dihantarkan dengan rantang berwarna silver polos, ingatan saya langsung tertuju pada tradisi rantang didaerah asal. Itu benar-benar merupakan suatu tradisi yang begitu kental dan terus terekam dalam otak saya hingga saat ini. Disadari atau tidak, dijaman itu, saling hantar-menghantarkan makanan khas ini sangat ditunggu-tunggu oleh warga desa. Momen-nya benar-benar dinantikan setiap menjelang bulan puasa. Rasa-rasanya lega sekali bila suatu keluarga telah melakukan kegiatan ini, serasa tidak ada beban lagi. Tak harus makanan berlabel mewah, namun sesederhana mungkin, semampunya, seberapa besar anggaran yang dimiliki oleh warga untuk membuat hantaran rantang itu tradisi rantang Lebaran? Saya tidak tahu apakah kawan sekalian punya tradisi Lebaran yang satu ini, atau tidak, dalam menyambut Hari Raya AidilFitri/ Lebaran. Ditempat kami daerah asal saya tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat setempat, guna menyambut/ menandakan Lebaran akan segera tiba. Biasanya, dilakukan jelang akhir bulan puasa, yaitu satu minggu sebelum hari raya tiba. Jadi, menginjak minggu keempat dibulan Ramadhan, orang silih-berganti saling hantar-menghantarkan rantang kepada kerabat dan tetangga sekitar. Unik ya...sayapun mengatakan ini tradisi unik dan sangat apakah rantang-rantang itu dihantarkan dalam keadaan kosong sebagai hadiah Lebaran, atau kah ada isi didalamnya? Tentu saja, didalam rantang itu ada isinya. Yang dihantarkan pada kerabat dan juga tetangga adalah isi didalam rantang tersebut bukan rantangnya sebagai hadiah Lebaran. Kira-kira apa ya isi dari rantang-rantang tersebut? Isinya adalah nasi, daging ayam dimasak santan kadang ada beberapa orang memasak daging ayam dengan cara dikecap, sambel goreng tempe dan tahu bila punya anggaran lebih bisa ditambahkan dengan kentang, hati ayam, dan petai, mie telor/ bihun goreng, telur rebus satu/ dua biji jika ingin diberi telur dengan anggran lebih, terakhir kerupuk unyil. Wuah...mantap kan isinya??...Sangat menggugah selera makan. Bisa dimakan saat buka puasa dan sahur. Terlebih lagi bila dalam satu hari kita mendapatkan dua sampai tiga hantaran rantang!!Penyusunan makanan didalam rantang tersebut dibuat berurutan, mangkuk rantang paling bawah disi degan nasi, mangkuk rantang selanjutnya diisi dengan masakan daging ayam, keatas lagi bisa diisi dengan mie/ bihun goreng, sambal goreng, telur rebus pilih salah satunya atau semuanya, mangkuk rantang paling atas diisi dengan kerupuk unyil. Masing-masing dari urut-urutan peletakan makanan itu selalu sama dan tak pernah berubah. Setiap rantang pasti memiliki urutan makanan yang sama. Karena rasa-rasanya tidak etis bukan...bila nasi diletakkan pada bagian atas rantang, sementara kerupuk yang memiliki berat paling ringan diletakkan diurutan paling nih, penerima hantaran rantang harus segera memindahkan isi didalam rantang untuk kemudian memberikan kembali rantang tersebut pada pengirim rantang diwaktu bersamaan. Jadi, sewaktu ada orang yang mengirimi kita rantang Lebaran, kita harus segera memindahkan nasi beserta lauk-pauknya kepiring kita sendiri. Selanjutnya, kita berikan kembali rantang tersebut. Karena diluar rumah ada yang menunggunya. Kalau jaman dulu, sewaktu saya kecil, biasanya anak-anak kebagian menghantarkan rantang. Dulu sayapun selalu kebagian tugas untuk menghantarkan rantang Lebaran pada kerabat dan tetangga sekitar. Sering sekali sampai harus memanggil kawan-kawan sepermainan saya untuk membantu menghantarkan rantang-rantang itu. Sementara orang dewasa, seperti ibu dibantu oleh kakak sepupu berbagi tugas untuk masak-masak didapur dari pagi sampai lewat tengah hari. Maklumlah...keluarga kami saat itu biasanya memasak hantaran rantang dalam jumlah lumayan banyak, bisa untuk kenduri 60 lumayan besar untuk melakukan tradisi rantang Lebaran tersebut. Tetapi seperti yang sudah saya bilang diatas, tradisi ini bisa dilakukan dengan cara sederhana, semampunya saja. Tetangga satu RT rukun tetangga saja sudah banyak jumlahnya, apalagi bila ditambah dengan kerabat, serta kenalan-kenalan lain diluar RT. Oleh karenanya, tidak semua orang melakukan tradisi ini. Hanya mereka yang merasa punya anggaran saja yang melakukannya. Bila seseorang benar-benar tidak mampu, untuk biaya makan sehari-hari saja sulit, maka merekalah yang akan mendapat hantaran rantang, dan tentu saja menjadi prioritas. Tetapi ada juga orang-orang yang membuat hantaran rantang hanya untuk tetangga kanan-kiri saja, sehingga biayanya tidaklah besar. Karena untuk masak daging, biasanya warga desa tidak membeli daging ayam, namun menyembelih ayam peliharaan sendiri. Bila hanya punya peliharaan bebek, maka bebek itulah yang disembelih untuk dimasak. Terlebih lagi disaat itu, masih banyak warga desa yang memiliki beras hasil panen sendiri. Jadi, untuk masalah biaya, tradisi hantaran rantang Lebaran tidak terasa memberatkan warga, malah mereka begitu demi tahun tradisi itu mulai memudar, dan benar-benar menghilang untuk saat ini. Saya sendiri tidak tahu kapan persisnya. Dari keluarga kami sendiri, memang sengaja menghentikan tradisi rantang Lebaran ini. Pertimbangan akan biaya menjadi kendala. Maklum...setelah keluarga kami berada pada titik nol ditahun 1995, jangankan membuat hantaran rantang untuk tetangga kanan-kiri, barang untuk makan sehari-hari saja kami kesusahan. Sekali waktu setiap jelang Lebaran, keluarga kami masih mendapat rantang Lebaran. Namun lama-kelamaan tidak ada yang menghantarkan rantang Lebaran lagi. Orang-orang sekitarpun sudah mulai enggan melakukan tradisi ini. Entah mengapa, namun pada akhirnya saya mulai mengerti, tradisi itu sudah berganti dengan tradisi menghantarkan sebotol sirup dan kue itupun hanya untuk kerabat dekat saja.Mengapa tradisi rantang Lebaran menghilang dan berganti dengan tradisi menghantarkan sirup dan kue? Dari pengamatan saya pribadi, warga/ masyarakat sudah tidak tertarik lagi dengan “berepot ria” memasak hantaran rantang Lebaran untuk tetangga dan kerabat. Kuno, hanya itu kata yang pas menggambarkannya. Rantangnya saja sudah tak diminati untuk dibeli dan menjadi salah satu perabot rumahtangga. Jangankan membeli, bahkan dipasarpun sudah sulit untuk menemukan penjual rantang, malah sudah tidak ada. Lho, kenapa tidak tertarik lagi untuk menjalankan tradisi ini? Setahu saya, menginjak tahun 2000-an, didaerah asal saya, setiap jelang lebaran, disetiap rumah kesibukannya sudah berubah. Yang tadinya sibuk mempersiapkan/ membuat hantaran rantang dihari tertentu, kini menjadi kesibukan membuat kue-kue Lebaran sepanjang Ramadhan. Ya...euforia membuat kue Lebaran sendiri sedang menjadi tren dan digandrungi masyarakat disana, hingga saat tidak heran, tradisi rantang Lebaran hilang bak ditelan bumi. Berganti dengan hantaran kue serta sirup, yang katanya lebih praktis. Akhirnya, menumpuklah berbotol-botol sirup dirumah keluarga kami, entah diberi kerabat, tetangga, maupun tempat ayah bekerja. Saya ingat betul satu hal, karena diminta untuk menghabiskan sirup-sirup yang ada dirumah tidak ada yang doyan sirup rasa jeruk itu kecuali saya, saya ini selalu diare tiap Lebaran! Lho..lebih berkesan rantang lebaran kan...saya sendiri merasakan itu. Meski tidak suka daging ayam, saya suka dengan sambal goreng, mie goreng, dan kerupuknya. Karena tidak semua orang suka dengan minuman sirup, dan juga kue-kue. Contohnya saya, maaf ya dengan jujur saya katakan kalau saya termasuk orang yang tidak begitu suka dengan kue-kue Lebaran ya mungkin karena bosan, dimana-mana kuenya sama, apalagi dulu itu tiap jelang Lebaran selalu membantu seorang tetangga membuat pesanan kue-kue Lebaran. Ya maklum juga...lidah saya ini sukanya singkong goreng, kelanting, kripik singkong, keripik pisang...Setiap Lebaran, berkunjung kerumah saudara/ tetangga, yang saya cari dimeja adalah kripik singkong, atau kelanting saya berusaha untuk menghidupkan kembali tradisi rantang ini, namun ditolak oleh ibu saya. Ibu saya lebih suka mengocok telur beserta gula pasir untuk kemudian dibuat kue, dan dibagikan pada kerabat. Sering saya ini merasa sedih, kangen dengan masa-masa itu, dimana warga saling kunjung-mengunjungi seminggu sebelum hari raya, hanya untuk sekedar bersilaturahmi dengan mengantarkan makanan hasil masakan sendiri dengan wadah rantang. Meskipun yang datang hanya anak tetangga yang sedang masak-masak untuk hantaran, buat saya, itu adalah kenangan indah didaerah asal dimana warganya terlihat rukun dan damai. Bahkan warga non-muslimpun bisa ikut serta dalam tradisi ini. Indah bukan...Maknanya tidak hanya sekedar makanan yang kita hantarkan, tapi rasa persaudaraan begitu kental, mengajarkan untuk berbagi pada mereka yang tidak mampu meski kita hanya bisa memberi nasi dan lauk-pauk seadanya kita punya. Dan juga sebagai ucapan syukur pada Sang Pencipta atas berkah yang diberikan. Luar biasa maknanya...Saya tidak tahu, apakah masyarakat disana daerah asal saat ini merasa kehilangan tradisi ini atau tidak, atau bahkan sudah lupa sama sekali. Dilupakan seperti rantang-rantang itu, yang dianggap kuno dan banyak dibuang oleh pemiliknya. Rantang itu kuno...tradisi hantaran rantang Lebaran juga kuno....! Yang pasti, dalam diri saya pribadi, saya ingin sekali menghidupkan tradisi ini, minimalnya dalam kehidupan saya dan suami tercinta. Meskipun belum terwujud hingga saat ini, dikarenakan setiap lebaran tidak berada ditempat “riwa-riwi”. Tapi, bila nanti disuatu lebaran bila diberi umur panjang kami berada ditempat tidak pergi kemana-mana, saya pasti akan memasak untuk tradisi rantang Lebaran. Lihat Sosbud Selengkapnya
SederhanaTapi Meriah Begini Indahnya Lebaran Zaman Dulu Citizen6 Inilah 3 Perbedaan Lebaran Jaman Dulu Dan Jaman Sekarang 15 Potret Jadul Suasana Idul Fitri. ucapan lebaran jaman dulu . 5 Kebiasaan Lebaran Jaman Dulu Ini Cuma Tinggal Kenangan Ada Yang.
Jakarta, CNBC Indonesia - Lebaran tahun 2023 atau 1444 H diperkirakan akan berbeda hari. Muhammadiyah sudah menetapkan Hari Raya Idul Fitri pada Jumat, 21 April 2023. Sedangkan, pemerintah diduga akan menetapkan Lebaran pada Sabtu, 22 April 2023. Anjuran pemerintah inilah yang akan menjadi patokan resmi perayaan Lebaran bagi seluruh umat Muslim di fenomena lebaran beda hari tidak perlu dipermasalahkan, karena bisa saja perhitungan antara kedua berbeda. Fenomena ini lagi-lagi bukan yang pertama, dan ternyata sudah sering, bahkan sudah menimbulkan perdebatan, sejak masa kolonial satu yang mencatat fenomena ini adalah orientalis dan pakar Islam asal Belanda, Snouck Hurgonje. Dalam catatan berjudul Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889-1936 Jilid VIII 1994, Snouck bercerita ada dua metode menghitung hilal peringatan 1 Syawal di masa kolonial. Pertama, berdasarkan penanggalan dan penglihatan terhadap bulan baru atau hilal. Biasanya metode ini dilakukan oleh orang Muslim terpelajar yang mengerti astronomi atau ilmu falak. Mereka melakukannya dengan melihat langsung datangnya bulan di langit di daerah dataran metode kedua, berdasarkan tanggalan yang ditentukan pemerintah Belanda. Tanggalan ini tanpa perhitungan khusus dan hanya menghitung hari sejak puasa hari pertama masa kolonial, Snouck melihat banyak orang yang mengikuti metode pertama. Jika sekarang perhitungan secara empiris atau rukyat dilakukan dengan ketentuan-ketentuan, seperti ketinggian bulan sekian derajat, maka di masa kolonial tidak atau saksi hanya perlu melihat bulan saja. Apabila sudah melihat, maka akan divalidasi. Hasil validasi inilah yang akan dikirim ke pemerintah kolonial untuk ditetapkan sebagai 1 akibat di tiap wilayah Indonesia memiliki perbedaan ketinggian, sudah pasti akan berbeda hasilnya. Di wilayah tertentu bulan sudah terlihat, tetapi tidak di wilayah perbedaan inilah, tulis Ensiklopedia Hisab Rukyat 2005, hari Lebaran juga berbeda. Meski begitu, untuk mensiasati ini biasanya pemerintah kolonial akan melihat suara mayoritas. Jika sekiranya bulan belum terlihat, maka libur lebaran ditambah satu hari untuk menggenapi puasa sebanyak 30 hari [GambasVideo CNBC] Artikel Selanjutnya Bisnis Ini Terbanyak Nunggak THR, Tempat Kerja Kamu Bukan? mfa/mfa
4Warna Kaos yang Tren dan Disukai Wanita Zaman Sekarang; Inilah 4 Tema Kaos Paling Dicari di Indonesia; Tren Fashion 90an yang Kembali Hits Di 2021; Milenial dan Belanja Online: Dua Hal yang Tidak Pernah Bisa Terpisahkan; Hasil Survei Belanja Online Selama Pandemi, E-Commerce Menjadi Idola Netizen
Jakarta, Muslim Obsession – Lebaran tahun 2023 atau 1444 H diprediksi akan berbeda hari. Muhammadiyah sudah menetapkan Hari Raya Idul Fitri pada Jumat, 21 April 2023. Sedangkan, pemerintah diduga akan menetapkan Lebaran pada Sabtu, 22 April 2023. Anjuran pemerintah inilah yang akan menjadi patokan resmi perayaan Lebaran bagi seluruh umat Muslim di fenomena lebaran beda hari tidak perlu dipermasalahkan, karena metode pengitungannya perbedaan hari raya lebaran tidak hanya berlangsung pada saat ini, tapi sudah cukup lama, dan masih saja menimbulkan perdebatan di satu yang mencatat fenomena ini adalah orientalis dan pakar Islam asal Belanda, Snouck Hurgonje. Dalam catatan berjudul Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889-1936 Jilid VIII 1994, Snouck bercerita ada dua metode menghitung hilal peringatan 1 Syawal di masa berdasarkan penanggalan dan penglihatan terhadap bulan baru atau hilal. Biasanya metode ini dilakukan oleh orang Muslim terpelajar yang mengerti astronomi atau ilmu falak. Mereka melakukannya dengan melihat langsung datangnya bulan di langit di daerah dataran metode kedua, berdasarkan tanggalan yang ditentukan pemerintah Belanda. Tanggalan ini tanpa perhitungan khusus dan hanya menghitung hari sejak puasa hari pertama masa kolonial, Snouck melihat banyak orang yang mengikuti metode pertama. Jika sekarang perhitungan secara empiris atau rukyat dilakukan dengan ketentuan-ketentuan, seperti ketinggian bulan sekian derajat, maka di masa kolonial tidak atau saksi hanya perlu melihat bulan saja. Apabila sudah melihat, maka akan divalidasi. Hasil validasi inilah yang akan dikirim ke pemerintah kolonial untuk ditetapkan sebagai 1 akibat di tiap wilayah Indonesia memiliki perbedaan ketinggian, sudah pasti akan berbeda hasilnya. Di wilayah tertentu bulan sudah terlihat, tetapi tidak di wilayah perbedaan inilah, tulis Ensiklopedia Hisab Rukyat 2005, hari Lebaran juga berbeda. Meski begitu, untuk mensiasati ini biasanya pemerintah kolonial akan melihat suara mayoritas. Jika sekiranya bulan belum terlihat, maka libur lebaran ditambah satu hari untuk menggenapi puasa sebanyak 30 hari. Al
SederhanaTapi Meriah Begini Indahnya Lebaran Zaman Dulu Citizen6 Sederhana Tapi Meriah Begini Indahnya Lebaran Zaman Dulu Citizen6 15 Potret Jadul Suasana
- Lebaran tentu menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu bagi umat Islam di Indonesia. Tak cuma dimanfaatkan untuk saling bermaaf-maafan, momen lebaran biasanya akan dijadikan ajang untuk bersilahturahmi mengunjungi keluarga di kampung halaman. Di Indonesia sendiri momen lebaran sudah dirayakan sejak zaman kolonial Belanda. Hal tersebut terungkap dari foto-foto langka di berbagai daerah yang rangkum dari berbagai sumber di bawah ini. 1. Beberapa orang tampak meramaikan suasana lebaran di rumah Bupati Bandung, tahun 1932. -foto spaarnestadphoto 2. Anak-anak turun ke lapangan dengan baju cerah saat perayan lebaran di Garut, tahun 1935. -foto kitlv 3. Masih di Garut, sejumlah pria mengenakan kopiah saat suasana lebaran yang jatuh di akhir tahun 1935. -foto kitlv 4. Potret salat Idul Fitri di sebuah lapangan di Bangkinang, Kampar, Riau sekitar tahun 1930. -foto tropenmuseum 5. Sejumlah orang merayakan hari raya lebaran dengan menabuh rebana di Muara Manderas, Jambi, sekitar tahun 1912. -foto tropenmuseum 6. Beberapa orang menikmati hari lebaran di Pantai Pangandaran, tahun 1929. -foto tropenmuseum 7. Berfoto bersama di malam hari, menandai masuknya bulan Syawal di Lebong, Bengkulu, tahun 1936. -foto tropenmuseum 8. Berfoto studio menyambut hari raya Idul Fitri, di Kota Palembang, yang jatuh pada tanggal 17 Juni 1920. -foto tropenmuseum 9. Tradisi melepas balon udara dan memotong lupis raksasa di Kota Pekalongan 7 hari setelah Lebaran. -foto brl/nng Recommended By Editor 10 Potret kepala daerah di era kolonial ini epik banget 10 Foto ini menakjubkan, kamu pasti nggak nyangka apa yang dijepret 10 Foto before vs after editan master Photoshop, beda sama aslinya 5 Foto ini akan ajarkan kamu arti kebahagiaan yang sesungguhnya F60 Countryman, tenda komplet buat kamu yang pengen camping mewah
FenomenaUcapan Lebaran Jaman Dulu Dan Saat Ini. Keseruan lebaran jaman dulu diramaikan oleh surat ucapan dengan berbagai desain unik. Anak-anak jaman dulu pun mengoleksinya dan dipamerkan saat masuk sekolah. Berbeda dengan jaman sekarang di mana kartu ucapan telah ditinggalkan penggunanya.
Momen Lebaran selalu identik dengan berbagai hal yang menyenangkan. Nggak heran momen Lebaran selalu menjadi hari yang dinanti-nanti oleh umat muslim didunia tak terkecuali di Indonesia. Ada banyak tradisi yang melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Mulai dari mudik, silahturahmi ke sanak saudara jauh, berlibur ke tempat wisata dengan keluarga hingga momen menarik lainnya jadi pemandangan lumrah saat Lebaran. Namun, ada perbedaan antara lebaran zaman dulu dengan lebaran zaman sekarang yang terkadang membuat kita rindu dan ingin bernostalgia akan momen-momen lebaran zaman dulu yang tentunya lebih terlihat momen kebersamaannya. Nggak hanya momen kebersamaan, namun masih ada banyak hal ngangenin yang belum tentu bisa kita rasakan saat Lebaran saat ini. Nah berikut berbagai hal dalam perayaan Idul Fitri atau Lebaran zaman dulu yang ngangenin. Let’s check it out guys! 1. Kumpul-kumpul bareng keluarga tanpa adanya smartphone ataupun gadget serba canggih lainnya photo via Salah satu hal yang paling terlihat berbeda dari lebaran zaman dulu dan sekarang adalah momen kebersamaannya. Kalau zaman dulu sangat terlihat deh momen kebersamaannya, sungkeman silahturahmi, keluarga pada kumpul, makan-makan bersama, bersenda gurau bersama tanpa disibukkan dengan aktifitas bermain smartphone seperti saat ini. Meskipun sungkeman dan kumpul-kumpul keluarga masih tetap dilestarikan hingga kini, namun kebanyakan orang akan sibuk dengan smarthpone nya masing-masing, yang punya pacar akan sibuk chatingan sama pacar atau malah lebaran dirumah sang pacar. Tentunya momen kedekatan dan kebersamaan lebaran zaman dulu jadi lebih ngangenin dimasa sekarang. 2. Takbir keliling kampung berjalan kaki sambil bawa obor photo via Dari dulu hingga sekarang, takbiran masih dilakukan penduduk desa. Hanya saja pawai untuk merayakan malam takbir zaman sekarang sedikit berbeda dengan perayaan malam takbir zaman dulu. Sekarang takbir keliling dirayakan lebih meriah, tidak hanya berkeliling kampung, tapi sudah keliling di area perkotaan dan tidak berjalan kaki. Takbir keliling zaman sekarang dilakukan dengan motor, mobil-mobil pick up sampai truk yang dihias secantik mungkin. Tak lupa dipasang sound system dan bedug sebagai pelengkap malam takbir. Kalau zaman dulu, malam takbiran dimeriahkan dengan pawai obor. Lalu berjalan kaki beramai-ramai menyusuri jalan-jalan kampung sambil mengumandangkan takbir dan menebuh bedug dengan perasaan bahagia. Walaupun terkesan sederhana, hanya bermodalkan obor yang terbuat dari batang bambu, namun justru kesederhanaan itulah yang sangat berkesan dan ngangenin. 3. Lagu lebaran zaman dulu yang ngangenin Saat perayaan lebaran, tidak hanya tradisi unik saja yang memeriahkan idul fitri, namun juga ada lagu-lagu khas yang biasanya menggema pada momen-momen tersebut. Meskipun saat ini ada banyak lagu-lagu religi terbaru, namun lagu-lagu religi zaman dulu masih tetap ngangenin. Sampai-sampai kalau belum dengerin lagu-lagu religi zaman dulu maka lebaran terasa belum lengkap. Lagu-lagu religi zaman dulu yang ngangenin seperti lagu “Baju Baru” dari Dhea Ananda, “Minal Aidzin wal Faidzin” dari All Star, “Arti Puasa” dari Tasya hingga lagu “Jagalah Hati” dari Snada. 4. Tradisi bikin kue yang ngangenin photo via Nostalgia perayaan lebaran yang ngangenin berikutnya adalah tradisi bikin kue. Kalau zaman dulu, orang-orang sudah menyiapkan kue-kue lebaran 2 minggu sebelum Idul Fitri. Ada berbagai jenis kue kering hingga kerupuk yang semuanya buatan tangan sendiri. Sehingga nggak heran kalau cita rasanya berbeda-beda setiap rumah. Momen bikin kue bareng keluarga inilah yang sangat ngangenin. Meskipun saat ini, ada juga yang masih membuat kue dengan tangan sendiri, namun kue lebaran zaman sekarang tidak dibuat jauh-jauh hari. Kesibukkan tentang kue-kue ini hanya berlangsung 1 sampai 3 hari sebelum Idul Fitri tiba. Pasalnya kebanyakan orang lebih memilih untuk membeli kue-kue lebaran di supermarket, pasar atau bahkan toko online. 5. Kue lebaran zaman dulu photo via Selain kebersamaan bikin kuenya yang ngangenin, jenis-jenis kue zaman dulu juga bikin kangen. Walaupun sekarang sudah ada berbagai jenis kue lebaran dalam kemasan kaleng yang rasanya enak, tapi tetap saja kue-kue lebaran zaman dulu masih melekat dihati. Sebelum ada kastengel, nastar, ataupun kue kering kekinian lainnya, orang-orang zaman dulu lebih banyak menyuguhkan kue-kue tradisional, seperti kembang goyang, semprong, rengginang, dan masih banyak lagi. Jajanan kaleng era 90an juga sangat berkesan bagi kamu yang lahirditahun 90an. Jajanan kaleng ini wajib banget ada di meja ruang tamu saat lebaran dan pastinya kamu semangat banget buat milihin isinya yang kamu suka. 6. Halal Bi Halal ke rumah-rumah tetangga photo via Halal bi halal adalah istilah untuk saling mengunjungi teman, tetangga, dan sanak saudara untuk saling ber maaf-maaf-an. Kalau zaman dulu, setelah salat Id dan tradisi sungkeman selesai, orang-orang akan berkunjung ke tetangga-tetangga untuk ber maaf-maaf-an. Pintu rumah akan terbuka lebar untuk mereka yang bersilahturahmi untuk ber maaf-maaf-an. Zaman dulu halal bi halal ini dilakukan door to door, berbeda dengan sekarang yang melakukan halal bi halal melalui media online dan gadget modern. Kini banyak di antara kita yang saling bermaafan melalui handphone, media sosial, dan semacamnya. Pastinya halal bi halal zaman dulu ini sangat berkesan dan sangat ngangenin. 7. Tradisi menerbangkan balon kertas photo via Tradisi ini pasti sangat dirindukan oleh masyarakat Purbalingga. Tradisi menerbangkan balon kertas ini dulunya rutin diselenggarakan saat lebaran. Balon tersebut terbuat dari kertas minyak. Dikutip dari tingginya mencapai lima meter dengan diameter satu hingga dua meter. Dengan ukuran yang relatif besar, balon akan dipikul secara gotong royong oleh masyarakat ke tempat pelepasan. Uniknya, balon ini tidak dipompa seperti balon udara pada umumnya. Masyarakat akan memasukkan asap melalui cerobong. Jika sudah penuh dengan asap, balon akan langsung naik ke atas. Untuk menciptakan suasana yang lebih meriah, balon-balon tersebut akan diberi ekor yang dilengkapi dengan petasan dan parasut. Nantinya, petasan dan parasut ini akan berjatuhan setelah balon mengudara. Tradisi unik ini biasanya dilakukan di kampung-kampung. Namun kini, tradisi menerbangkan balon di Purbalingga telah dilarang oleh pemerintah karena dianggap membahayakan penerbangan. 8. Perang sarung photo via Anak-anak tahun 90an pastinya pernah merasakan bagaimana serunya perang sarung setelah shalat tarawih. Anak-anak akan melepas sarungnya dan akan menyerang temannya dengan kibasan sarung. Perang sarung biasanya akan berhenti jika sudah ada yang menangis. 9. Iklan Ramadan dan Idul Fitri Iklan ramadhan memang masih ada sampai saat ini, namun ada sedikit perbedaan dengan iklan yang dulu terutama bagi anak 90-an. Kalau dulu, banyak iklan-iklan Ramadan dan Idul Fitri tahun 90-an sampai era 2000-an yang mengandung makna sangat mendalam. Ketika iklan-iklan seperti ini tak lagi dijumpai pada masa sekarang, di sanalah generasi 90-an merasa ada sesuatu yang hilang pada suasana Lebaran tahun ini. 10. Sinetron sarat makna dan pelajaran photo via Sepanjang Ramadan menjelang Lebaran, dulu banyak banget sinetron sarat makna dan pelajaran yang diputar ketika waktu berbuka dan sahur, contohnya sinetron “Para Pencari Tuhan”, “Lorong Waktu”, hingga sinetron “Kiamat Sudah Dekat”. Sekarang sudah nggak ada lagi sinetron seperti itu. Tentunya membuat genarasi 90-an merasa kehilangan. Nah itulah beberapa nostalgia perayaan idul fitri zaman dulu yang ngangenin. Bagaimana menurut kalian guys? Ingin mengulang ke masa-masa dulu yang lebih sederhana namun menyenangkan?
Nggakseperti zaman sekarang, orang zaman dulu kalau punya anak cukup diberi nama dengan susunan yang singkat dan gampang banget diingat. Rata-rata sih terdiri dari dua kata, meski ada juga yang hanya terdiri dari satu susunan kata. Selain itu, orang zaman dulu memberi nama anaknya dengan hal-hal yang bisa mengingatkan tentang momen kelahiran
Ilustrasinya membuat kita bernostalgia. Semakin bertambahnya tahun, semakin banyak pula perkembangan-perkembangan yang terjadi. Lihatlah perbedaan dulu vs sekarang di bawah ini. Dikutip dari beberapa perbedaan ini bakal membuat kamu bernostalgia. 1. Berbagi dulu vs sekarang 2. Kalau dapat nilai jelek zaman dulu vs sekarang 3. Dapat surat pada zaman dulu dan sekarang 4. Evolusi dan philosopi dulu dan sekarang 5. Gamers zaman dulu vs sekarang 6. Fitur pada HP zaman dulu dan sekarang 7. Bentuk HP serta kekuatan HP zaman dulu dan sekarang 8. Ke doktor zaman dulu vs zaman sekarang 9. Bentuk komputer zaman dulu vs zaman sekarang 10. Kegiatan sebelum, pada saat lari, dan setelah lari zaman dulu vs sekarang 11. Liburan sebelum ada smartphone dan sesudah ada smartphone 12. Makan MCDonald zaman dulu vs sekarang 13. Mengalahkan musuh-musuh pada zaman dulu dan sekarang 14. Gaya pakai celana dan tahun ke tahun 15. Perbedaan gaya dulu vs sekarang 16. Percakapan antara anak dan orangtua dulu vs sekarang 17. Sebelum dan sesudah ada smartphone pada saat kumpul 18. Revolusi dari telepon ke HP 19. Televisi dulu vs sekarang 20. Temu emas dulu vs sekarang 21. Ulang tahun dulu vs sekarang 22. Wasting Timeline dulu vs sekarang
Qggb. 333 21 460 390 298 249 189 281 492
lebaran jaman dulu dan sekarang